Entri Populer

Senin, 28 November 2011

RPP 10/1 pengukuran



YAYASAN AL-MUSLIM JAWA TIMUR
SMA INSAN CENDEKIA AL-MUSLIM SIDOARJO

Jl. Raya Wadung Asri 39 F Sidoarjo, Jawa Timur 61256

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah
:
Kelas / Semester
:
Mata Pelajaran
:
Pertemuan ke -
:
Alokasi Waktu
:
SMA INSAN CENDEKIA AL-MUSLIM SIDOARJO
10 / 1
Fisika
02
2 x 45 menit

Standar Kompetensi

A. Menerapkan  konsep  besaran fisika dan pengukurannya

Kompetensi Dasar

A.1 Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu).


Indikator Pembelajaran
A.1.2 Mengukur besaran panjang, massa dan waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan

A.         Tujuan Pembelajaran
 

Kognitif
1.       Siswa mampu membaca nilai yang ditunjukkan alat ukur massa, panjang dan waktu serta menentukan besaran pokok dengan metode tak langsung.
2.       Siswa mampu menentukan besaran turunan dengan metode tak langsung.
3.       Siswa mampu menjelaskan pengertian angka penting dan menerapkannya dalam penulisan hasil percobaan.
4.       Siswa mampu menjelaskan pengertian tentang kesalahan sistematik dan acak.
Psikomotor
1.       Siswa mampu memilih dan merangkaikan instrumen serta menentukan langkah-langkah pengukuran secara benar.
2.       Siswa mampu membaca nilai yang ditunjukkan alat ukur serta menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan angka penting disertai ketidakpastiannya (batas ketelitian alat) dengan tepat .
3.       Siswa mampu melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang, massa, waktu, dan kuat arus dengan mempertimbangkan aspek ketepatan (akurasi), kesalahan matematis yang memerlukan kalibrasi, ketelitian (presisi) dan kepekaan (sensitivitas) dan kesalahan sistematis.
Afektif
Terlibat dalam KBM yang berpusat pada siswa, siswa dapat melakukan komunikasi meliputi diskusi, bertanya, dan berpendapat.


B.         Materi Ajar

1.        Pengukuran Besaran Pokok
Pengukuran adalah membandingkan nilai sebuah besaran dengan nilai yang dimiliki alat ukur.
a.        Pengukuran Panjang
§  Pengukuran Panjang secara Langsung
1.        Mistar
Mistar memiliki nilai skala terkecil sebesar 1 mm, biasanya pada mistar berukuran 30 cm. untuk mistar berukuran 1 m, skala terkecilnya 1 cm. penggunaan mistar dalam dilihat pada Gambar 1.1.
MISTAR.jpg

Sumber: dokumen penulis
Gambar 1.1 Panjang benda di atas adalah 6,9 cm atau 69 mm. Namun cara penulisannya yang benar adalah 69  1 mm.
 
 



2.        Jangka sorong
Untuk mengukur tebal sehelai rambut, diameter jarum jahit, dan tebal sehelai kertas tidak dapat digunakan mistar karena benda-benda tersebut memiliki panjang kurang dari 1 mm. alat ukur yang dapat digunakan adalah jangka sorong.
Pengukuran menggunakan jangka sorong sangat berbeda dengan pengukuran menggunakan mistar. Jangka sorong memiliki dua buah skala. Skala pertama
disebut skala utama berada pada lengan tetap dan memiliki nilai terkecil 1 mm. total panjang skala dapat mencapai 10 cm atau lebih, bergantung dari panjang jangka sorong.
        Skala kedua berada pada lengan yang dapat digerakkan sepanjang skala utama. Skala ini disebut skala nonius atau skala vernier. Pada kebanyakan jangka sorong, jumlah skala nonius ada sepuluh, masing-masing berjarak 0,9 mm. jadi, total panjang yang dibentuk oleh sepuluh skala nonius adalah 9 mm. jangka sorong ini memiliki nilai skala terkecil 0,1 mm. Namun, ada pula jangka sorong yang dapat mengukur hingga ketelitian 0,05 mm. Jangka sorong ini memiliki 20 skala nonius yang tepat berimpit dengan 19 skala utama. Bahkan jangka sorong yang lebih teliti mampu mengukur hingga ketelitian 0,025 mm. jangka sorong ini memiliki 40 skala nonius yang tepat berimpit dengan 39 skala utama.
Cara penggunaan jangka sorong
i)         Jepit benda dengan menggeser skala bergerak
ii)        Baca posisi skala utama yang tepat dilewati oleh titik nol skala nonius.
Perhatikan Gambar 1.2.
sorong.jpg
 
















3.        Mikrometer sekrup
Untuk mengukur panjang benda dengan ketelitian lebih tinggi lagi, kita dapat menggunakan mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup sekrup dapat digunakan untuk mengukur panjang benda hingga ketelitian 0,01 mm. contohnya, mengukur ketebalan kertas dan rambut.
Mikrometer sekrup memiliki skala tetap (skala utama) sepanjang gagang silinder dengan nilai terkecil 0,5 mm. selain itu, ada skala putar yang memiliki 50 skala. Jika skala putar diputar satu putaran penuh (diputar sebanyak 50 skala), maka penjepit mikrometer akan bergeser sejauh 0,5 mm. jadi pergeseran skala berputar sejauh 1 skala bersesuaian dengan pergeseran penjepit sepanjang .
Cara menggunakan mikrometer sekrup
i)         Letakkan benda yang akan diukur di antara dua penjepit mikrometer sekrup
ii)        Putarlah pemutar besar mikrometer sehingga kamu merasakan benda sudah terjepit. Perlu diingat, ketika melakukan pemutaran, hendaknya secara perlahan.
iii)       Putarlah pemutar kecil samapai mendengar bunyi “klik”
iv)       Bacalah skala utama pada mikrometer yang dilewati oleh pemutar besar.
v)        Bacalah skala pada pemutar besar (skala yang tepat berimpit dengan garis melintang), lihat Gambar 1.3.
mikrmeter.png
Sumber: arifkristanta.wordpress.com
Gambar 1.3 Cara pengukuran dengan mikrometer sekrup.
 
 









§  Pengukuran Panjang secara Tidak Langsung
Pengukuran panjang secara tidak langsung dilakukan karena terbatasnya kemampuan alat ukur.
1.        Pengukuran dengan gelombang suara
Pada suhu dan tekanan tertentu, gelombang suara memiliki kecepatan tertentu di udara. Pada pengukuran  dengan gelombang suara, pulsa gelombang (biasanya ultrasonik) diarahkan ke benda yang diukur. Pulsa tersebut dipantulkan kembali oleh benda yang diukur dan dideteksi oleh alat ukur. Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran ini memiliki dua fungsi, yaitu memancarkan pulsa suara dan mendeteksi pulsa suara yang dipantulkan oleh benda yang diukur.
Alat ini merekam waktu yang diperlukan pulsa suara untuk bergerak bolak-balik antara alat ukur dan benda yang diukur. Kecepatan pulsa suara dihitung berdasarkan suhu dan tekanan udara saat itu. Dengan mengetahui waktu bolak-balik pulsa suara, maka jarak benda dapat dihitung menggunakan rumus
dengan           d = jarak alat ukur ke benda (m),
v = kecepatan suara dalam medium (m/s),
t = waktu untuk pulsa bergerak bolak-balik (s)

2.        Pengukuran dengan gelombang elektromagnetik
Pengukuran jarak planet menggunakan sinar laser pada prinsipnya sama dengan pengukuran jarak menggunakan gelombang bunyi. Hanya saja di sini digunakan sinar laser bolak-balik dari bumi ke planet dicatat. Mengingat kecepatan sinar laser diketahui, maka jarak bumi dengan planet dapat dihitung melalui rumus:
dengan           d = jarak bumi-planet (m),
c = kecepatan cahaya (m/s),
t = waktu (s)
3.        Metode paralaks
Metode paralaks digunakan untuk mengukur jarak bintang. Pengukuran dapat dilakukan dengan memanfaatkan perubahan posisi bumi selama mengitari matahari. Pada Gambar 1.4, titik O adalah posisi bintang yang sebenarnya. Titik A adalah posisi bintang dalam latar belakang bintang-bintang jauh berdasarkan pengamat di bumi ketika bumi berada pada posisi I. Titik B adalah posisi bintang dalam latar belakang bintang-bintang jauh berdasarkan pengamat di bumi ketika bumi berada pada posisi II (enam bulan kemudian).
Sumber: dokumen penulis
Gambar 1.4 Menentukan jarak bintang dengan metode paralaks.
 
 














Jika sudut paralaks () dinyatakan dalam radian maka diperoleh hubungan seperti berikut.
atau
dengan R = jarak bumi-matahari dan d = jarak bumi-bintang
4.        Pengukuran jarak yang sangat kecil
Nanoteknologi merupakan teknologi berbasis pada material berukuran sepermiliar meter. Dalam bidang nanoteknologi, orang sering harus mengukur benda yang panjangnya hanya beberapa nanometer (1 nanometer = ). Pengukuran terhadap panjang sekecil ini harus dilakukan secara tidak langsung, dengan menggunakan mikroskop elektron.
Benda yang diukur diubah menjadi bayangan (foto) dengan perbesaran ratusan ribu hingga jutaan kali ukuran benda yang sebenarnya. Mikroskop elektron yang sering digunakan adalah scanning electron microscope (SEM) dan transmission electron microscope (TEM). TEM menghasilkan ketelitian yang lebih tinggi daripada SEM.
Sumber: www.phy.cuhk.edu.hk.com
Gambar 1.5 Perangkat Transmission Electron Microscope (TEM).
 
images4.jpeg


Jenis mikroskop elektron yang lain adalah AFM (atomic force mocroscope). AFM digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan benda dengan ketelitian yang sangat tinggi (hingga beberapa nanometer). Alat ini memiliki satu tip yang dapat digeser sepanjang permukaan benda sehingga pelengkungan tip berubah-ubah mengikuti pola permukaan benda. Pada bagian belakang tip diarahkan sinar laser dan sudut pantulan sinar laser diamati oleh perbedaan sudut pantulan sinar laser. Sudut-sudut pantulan ini diolah dengan komputer sehingga pola permukaan benda dapat diperoleh.
b.       Pengukuran Massa
§  Pengukuran massa secara langsung
1.        Neraca dua lengan
images5.jpegDisebut neraca dua lengan karena neraca ini memang memiliki dua lengan. Satu lengan digunakan untuk meletakkan benda yang akan diukur, sedangkan lengan yang lain digunakan untuk meletakkan massa standar (massa sudah diketahui). Contoh massa standar adalah anak timbangan (Gambar 1.6).




Sumber: cepsasdika.blogspot.com
Gambar 1.6 Neraca dua lengan, anak timbangan pada neraca merupakan massa standar.
 
 



Ketelitian sebuah neraca bergantung pada massa anak timbangan terkecil yang dimiliki oleh neraca. Nilai skala terkecil yang dimiliki neraca sama dengan massa anak timbangan yang terkecil. Jika anak timbangan terkecil memiliki massa 10 mg, berarti massa minimum benda yang dapat diukur adalah 10 mg. dengan demikian, ketelitian pengukuran adalah 10 mg, demikian seterusnya.
Pengukuran dengan neraca pada dasarnya adalah mencari keseimbangan lengan neraca ketika menempatkan standar dapat diubah-ubah sehingga lengan neraca menjadi seimbang. Pada saat itu, massa benda dikatakan sama dengan massa standar.


2.        images6.jpeg
Sumber: www.wikimedia.org
Gambar 1.7 Neraca pegas.
 
Neraca pegas
Pegas yang ditarik dengan gaya tertentu akan meregang. Besarnya peregangan berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. Bila gaya yang diberikan merupakan gaya gravitasi bumi, maka besarnya peregangan pegas dapt digunakan untuk membuat neraca, namanya neraca pegas.
Ketelitian pengukuran massa dengan neraca pegas bergantung pada nilai skala tertera pada batang neraca. Misalkan skala terkecil yang tertulis adalah 10 mg. berarti, neraca ini sanggup mengukur hingga ketelitian 10 mg dengan ketidakpastian  mg = 5 mg.

3.        Neraca hidrolik
Neraca hidrolik digunakan untuk mengukur massa benda yang cukup besar, misalnya truk, kontainer, gerbong kereta api, dan bahkan kapal laut. Prinsip yang digunakan pada neraca hidrolik adalah memanfaatkan hokum hidrostatika. Jika benda diletakkan di atas neraca, maka piston akan menekan cairan yang besarnya sama  dengan tekanan atmosfir ditambah tekanan yang diberikan oleh berat benda. Tekanan dalam cairan diukur oleh sensor, maka massa benda dapat dihitung.
4.        Neraca elektronik (neraca digital)
Neraca elektronik merupakan neraca yang canggih dan lebih mudah digunakan. Perhatikan Gambar . begitu benda diletakkan pada wadah neraca, amaka massa benda langsung tampak pada layar neraca. Neraca ini sebenarnya memiliki sistem komputer kecil (microprocessor). Fungsinya adalah mengolah berat benda menjadi massa benda, kemudian menampilkannya pada layar dalam bentuk angka-angka. Sebelum melakukan pengukuran, kita harus melakukan kalibrasi terlebih dahulu. Artinya , kita menolkan semua angka yang ditunjukkan oleh neraca sebelum benda diletakkan. Hal ini penting karena setelah dilakukan pengukuran kadang-kadang angka yang ditampilkan pada layar tidak nol, meskipun benda sudah diambil dari neraca.
Sumber: www.wikimedia.org
Gambar 1.8 Neraca elektronik.
 
images7.jpegNeraca ini ada yang teliti, tapi ada pula yang kurang teliti. Hal ini bergantung pada fungsi neraca. Neraca yang dipakai di supermarket untuk mengukur massa buah-buahan yang dibeli tidak perlu terlalu teliti. Akan tetapi, neraca elektronik yang digunakan di alboratorium penelitian harus memiliki ketelitian tinggi. Contohnya, obat. Kemampuan mengukur neraca ini dapat mencapai gram (1 mikrogram).

5.        Spektrometer massa
Sumber: www.wikimedia.org
Gambar 1.8 Spektrometer massa.
 
images8.jpegMassa yang sangat kecil, seperti massa atom dan molekul, dapat ditentukan dengan menggunakan spektrometer massa. Atom yang akan diukur massanya mula-mula dijadikan ion atau partikel bermuataan listrik. Caranya dengan mengeluarkan beberapa elektron sehingga atom berubah menjadi ion positif (bermuatan positif). Bisa juga dengan menambahkan beberapa elektron sehingga atom berubah menjadi ion negatif (bermuatan negatif).

Berkas ion dimasukkan melalui lubang A ke dalam ruang penyeleksi laju. Dengan adanya penyeleksi laju, maka hanya ion dengan laju tertentu yang berhasil keluar melalui lubang B. Sementara ion-ion dengan kelajuan yang lain dibelokkan di dalam penyeleksi laju sehingga tidak dapat keluar melalui lubang B. Ion yang keluar dari lubang B lalu masuk ke dalam pembelok muatan yang mengandung medan magnet hingga menumbuk film. Bentuk lintasan ion adalah setengah lingkaran. Berdasarkan bayangan yang terbentuk pada film (tempat yang dikenai ion), maka jari-jari lintasan ion dalam ruang pembelok dapat diketahui. Dengan mengetahui jari-jari lintasan ion (r) maka massa ion (m) dapat dihitung.
Spektrometer massa dapat menentukan massa dengan sangat teliti. Massa inti atom yang hanya berbeda satu neutron (isotop) dapat dibedakan massanya oleh spektrometer massa.
§  Pengukuran massa secara tidak langsung
1.        Massa planet
Massa planet hanya dapat ditentukan berdasarkan gaya gravitasi yang dilakukan oleh planet terhadap benda di sekitarnya, misalnya satelit. Periode revolusi satelit mengitari planet dan jarak planet ke satelit dapat dihitung. Kemudian, dengan menggunakan Hukum Gravitasi Newton maka massa planet dapat ditentukan melalui rumus:
dengan            T = periode satelit mengitari planet (s),
                        r = jarak satelit ke planet (m),
                        G = konstanta  gravitasi universal (), dan
                        M = massa satelit (m)
2.        Massa matahari
Massa matahari dapat ditentukan berdasarkan gravitasi yang dilakukannya pada planet. Dengan mengetahui periode revolusi planet mengitari matahari dapat ditentukan menggunakan rumus yang sama seperti di atas.
3.        Massa bintang kembar
Untuk menetukan massa bintang yang sangat jauh dipelajari dalam ilmu astronomi. Khusus untuk bintang kembar yang saling mengitari, maka massanya dapat ditentukan dengan memenfaatkan efek Doppler.
c.       
Sumber: www.arlojiku. wordpress. com.
Gambar 1.9 Arloji.
 
Pengukuran Waktu
§  1.jpegArloji
Arloji dan jam dinding merupakan alat penunjuk waktu yang sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengukur selang waktu. Selang waktu terkecil yang dapat diukur oleh arloji adalah 1 sekon.
§  Stopwatch
Untuk mengukur selang waktu dengan ketelitian yang lebih tinggi kita dapat menggunakan stopwatch. Stopwatch dapat mengukur hingga selang waktu 0,01 sekon. Selang waktu sesingkat ini terjadi pada pertandingan oleh raga, misalnya untuk pengukuran waktu pada pertandingan olah raga dan perlombaan yang memerlukan waktu lama, misalnya catur dan lari marathon. Prinsip kerja stopwatch adalah menekan tombol untuk memulai perhitungan waktu dan menekan tombol sekali lagi untuk mengakhiri perhitungan waktu. Sebelum perhitungan waktu  dimulai, penunjukkan stopwatch harus dinolkan dengan menekan tombol reset.
2.jpeg
Gambar 1.10 Stopwatch.
 
Ada dua jenis stopwatch, yaitu stopwatch analog dan stopwatch digital. Stopwatch analog menngunakan penunjuk waktu berupa jarum yang berputar. Sementara stopwatch digital menggunakan angka-angka yang dapat ditampilkan pada layar.
2.        Pengukuran Besaran Turunan
§  Pengukuran luas
1.        Pengukuran luas bidang teratur
Tabel 2.1
No
Bangun
Rumus Luas
1.
2.
3.

4.
5.
Persegi panjang
Lingkaran
Elips

Segitiga
Jajargenjang

2.        Pengukuran luas bidang tidak teratur
Untuk mengetahui luas bidang yang tidak teratur, buat sejumlah persegi berukuran kecil. Persegi ini harus menutupi seluruh bidang yang akan ditentukan luasnya. Kemudian, hitung jumlah persegi yang mencakup bagian bidang dengan ukuran lebih besar dari . Misalkan jumlah tersebut adalah N . Jika luas satu persegi adalah A0, maka luas bidang yang diukur adalah
§  Pengukuran volum
1.        Pengukuran volum benda teratur
Tabel 2.2
No
Bangun
Rumus Volume
1.
2.

3.
Balok
Bola

Silinder

2.        Pengukuran volum benda tidak teratur
Untuk menghitung volum benda yang bentuknya tidak teratur, kita dapat menggunakan gelas ukur hingga permukaan zat cair berimpit dengan suatu skala. Baca volum yang ditunjukkan permukaan zat cair hingga seluruhnya tercelup ke dalam zat cair. Jika benda tidak bisa tenggelam, tekan dengan jarum atau baku kecil sehingga seluruh bagian benda tenggelam dalam zat cair. Baca volum yang ditunjukkan oleh permukaan zat cair, misalkan V1. Volum benda dapat dihitung dengan rumus

§  Pengukuran massa jenis
Untuk mengetahui massa jenis, kamu perlu mengukur massa dan volum benda. Ukur massa benda dengan menggunakan neraca, hasilnya m. Ukur volum benda dengan cara yang sudah dipelajari, hasilnya V. Massa jenis benda dihitung dengan rumus
Massa jenis beberapa bahan dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3 Massa jenis beberapa zat
No
Nama zat
Massa jenis (kg/m3)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Es
Gabus
Kayu
Baja
Aluminium
Tembaga
Timah
Emas
Raksa
Air (4oC)
920
250
650
7.900
2.750
8.940
11.350
19.320
13.550
1.000


3.        Ketidakpastian pengukuran
Ketidakpastian selalu muncul dalam setiap pengukuran. Dengan kata  lain, ketidakpastian merupakan sifat alamiah dari suatu pengukuran. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakpastian, yaitu:
1.          Tidak ada alat ukur yang benar-benar teliti,
2.          Orang yang berbeda mungkin menggunakan alat ukur yang berbeda ketika mengukur besaran fisika yang sama,
3.          Orang yang berbeda umumnya membaca hasil pengukuran dengan cara yang berbeda,
4.          Kadang-kadang alat ukur memberikan hasil pengukuran yang salah,
5.          Penyetelan alat ukur mungkin sudah berubah.

Secara umum penyebab ketidakpastian hasil pengukuran ada tiga, yaitu kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak.
1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan pada pengamat saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan membaca skala kecil, dan kekurangterampilan dalam menyusun dan memakai alat, terutama untuk alat yang melibatkan banyak komponen.

2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponen alat atau kerusakan alat, kesalahan paralaks, perubahan suhu, dan kelembaban.
a. Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini mengakibatkan pembacaan hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Kesalahan ini dapat diatasi dengan mengkalibrasi ulang alat menggunakan alat yang telah terstandarisasi.
b. Kesalahan Titik Nol
Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat pada skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran dapat mengalami penambahan atau pengurangan sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya. Kesalahan titik nol dapat diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran
c. Kesalahan Komponen Alat
Kerusakan pada alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur. Misalnya, pada neraca pegas. Jika pegas yang digunakan sudah lama dan aus, maka akan berpengaruh pada pengurangan konstanta pegas. Hal ini menjadikan jarum atau skala penunjuk tidak tepat pada angka nol yang membuat skala berikutnya bergeser.
d. Kesalahan Paralaks
Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum.

3. Kesalahan Acak
Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasi-fluktuasi halus pada saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena adanya gerak brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik, landasan bergetar, bising, dan radiasi.
a. Gerak Brown Molekul Udara
Molekul udara seperti Anda ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak teratur atau rambang. Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan menyebabkan jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada mikrogalvanometer terganggu karena tumbukan dengan molekul udara.
b. Fluktuasi Tegangan Listrik
Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti aki dan baterai selalu mengalami perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan data pengukuran besaran listrik yang tidak konsisten.
c. Landasan yang Bergetar
Getaran pada landasan tempat alat berada dapat berakibat pembacaan skala yang berbeda, terutama alat yang sensitif terhadap gerak. Alat seperti seismograf butuh tempat yang stabil dan tidak bergetar. Jika landasannya bergetar, maka akan berpengaruh pada penunjukkan skala pada saat terjadi gempa bumi.
d. Bising
Bising merupakan gangguan yang selalu Anda jumpai pada alat elektronik. Gangguan ini dapat berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari komponen alat bersuhu.
e. Radiasi Latar Belakang
Radiasi gelombang elektromagnetik dari kosmos (luar angkasa) dapat mengganggu pembacaan dan menganggu operasional alat. Misalnya, ponsel tidak boleh digunakan di SPBU dan pesawat karena bisa mengganggu alat ukur dalam SPBU atau pesawat. Gangguan ini dikarenakan gelombang elektromagnetik pada telepon seluler dapat mengasilkan gelombang radiasi yang mengacaukan alat ukur pada SPBU atau pesawat.

Mengurangi kesalahan pengukuran
Mengingat setiap pengukuran selalu menghasilkan kesalahan, maka ada sejumlah cara untuk mengurangi kesalahan tersebut. Beberapa cara yang sering ditempuh sebagai berikut.
1.        Menggunakan alat ukur yang lebih teliti
Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran (mengurangi kesalahan), maka kita harus menggunakan alat ukur yang lebih teliti, misalnya jangka sorong yang sanggup mengukur hingga 0,1 mm. untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti lagi, kita dapat menggunakan mikrometer sekrup yang sanggup mengukur hingga 0,01 mm.
2.        Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran
Dalam pengertian sederhana, kalibrasi berarti me-nol-kan penunjukkan alat ukur sebelum melakukan pengukuran. Alat ukur yang sering digunakan untuk pembacaan yang sedikit menyimpang setelah satu pengukuran selesai dilakukan. Contohnya, ketika menggunakan neraca yang sangat teliti. Setelah pengukuran selesai tidak menunjuk ke angka nol, melainkan ke angka bukan nol walaupun sangat kecil. Oleh karena itu, sebelum melakukan pengukuran massa yang berikutnya, lakukan kalibrasi terhadap neraca. Caranya dengan menekan tombol reset sehingga angka yang ditunjukkan neraca adalah nol.
3.        Melakukan pengukuran berulang
Hasil pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali lebih dapat dipercaya daripada hasil pengukuran yang hanya dilakukan satu kali. Makin sering pengulangan dilakukan, maka makin percaya kita terhadap hasil pengukuran yang dilakukan. Karena hasil pengukuran pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya kemungkinan memberikan hasil yang berebeda, maka sebagai hasil pengukuran digunakan nilai rata-rata dari sejumlah pengukuran tersebut.
Misalkan dari hasil pengukuran diameter lingkaran dengan menggunakan jangka sorong sebanyak enem kali diperoleh angka-angka 10,2 mm, 9,9 mm, 10,4 mm, 10,2 mm, 10,1 mm, dan 10,0 mm. Maka nilai rata-rata pengukuran adalah
Nilai rata-rata =  
                                =
 =


Presisi dan akurasi
§  Presisi (precision) atau ketepatan menyatakan derajat ketidakpastian dalam pengukuran.
§  Akurasi (accuracy) atau ketelitian mengungkapkan seberapa dekat (seberapa akurat) hasil pengukuran ke nilai sebenarnya.
§  Kepekaan adalah ukuran minimal yang masih dapat dideteksi (dikenal) oleh instrumen. Sebagai contoh, galvanometer memiliki kepekaan yang lebih besar daripada amperemeter atau voltmeter. Misalnya pada suatu keadaan, kepekaan galvanometer adalah 2 x 10-10 A/mm. Ini berarti jika perubahan arus 2 x 10-10 A (sangat kecil), bayangan dari berkas cahaya pada galvanometer akan bergeser sebesar 1 mm. dengan amperemeter tidak dapat dideteksi perubahan arus 2 x 10-10 A (sangat kecil).
Jenis-jenis ketidakpastian dalam pengukuran
§  Ketidakpastian acak
Ketidakpastian acak tidak memperlihatkan adanya pola tertentu dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai-nilai yang diukur berubah secara acak di sekitar nilai rata-rata. Ketidakpastian acak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya:
1.        Orang yang berbeda mungkin membaca hasil pengukuran dengan cara yang sedikit berbeda
2.        Alat ukur mungkin mengalami sedikit perubahan ketika berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
3.        Pengukuran yang berbeda mungkin menggunakan alat ukur yang sedikit berbeda
Ketidakpastian acak dapat dikurangi dengan melakukan pengukuran secara berulang sehingga nilai rata-rata akan makin dekat ke nilai sebenarnya
§  Ketidakpastian sistematik
Ketidakpastian sistematik menggeser semua nilai yang terukur dari nilai sebenarnya dengan nilai yang sama. Kesalahan ini sangat memengaruhi keakuratan pengukuran karena nilai-nilai yang diukur menyimpang dari nilai sebenarnya. Kesalahan ini dapat terjadi bila alat ukur mengalami kesalahan pengaturan atau tidak dikalibrasi secara benar.
Ketidakpastian sistematik sangat sulit dihindari. Pada ketidakpstian sistematik, pengukuran berulang tidak menyebabkan nilai- rata-rata makin dekat ke nilai sebenarnya. Cara mengurangi ketidakpastian sistematik adalah dengan mengukur terlebih dahulu benda yang nilainya sudah diketahui dengan pasti. Benda yang sudah diketahui nilaianya disebut benda standar. Cara ini dikenal dengan istilah kalibrasi alat.
§  Ketidakpastian relatif
Ketidakpastian relatif sama dengan ketidakpastian dibagi dengan nilai yang terukur. Nilainya bisa dinyatakan dalam persen, yaitu:
§  Gabungan ketidakpastian
Ilmuwan kadang-kadang harus melakukan penggabungan pengukuran untuk mendapatkan hasil akhir. Ketidakpastian akhir sangat bergantung pada ketidakpastian pada masing-masing pengukuran tunggal.
4.        Angka Penting 
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh daraai hasil pengukuran, yang terdiri dari hasil pengukuran, yang terdiri dari angka eksak dan satu angka terakhir yang ditaksir (atau diragukan).
§  Aturan penulisan angka penting
1)       Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: “245,5” memiliki empat angka penting
2)       Semua angka nol di sebelah kanan tanda desimal, tetapi di sebelah kiri angka bukan nol bukanlah angka penting.
Contoh: “0,0000001” hanya memiliki satu angka penting
3)       Semua angka nol di sebelah kanan tanda desimal yang mengikuti angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: “2,00” memiliki tiga angka penting. “2,300” memiliki empat angka penting
4)       Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol, tetapi tanda desimal  bukanlah angka penting.
Contoh: “3400” hanya memiliki dua angka penting.
5)       Angka nol di antara dua angka penting merupakan angka penting.
Contoh: “560,0” memiliki empat angka penting
§  Berhitung dengan angka penting
1)       Aturan pembulatan
·         Aturan 1
Jika angka terakhir sebelum pembulatan < 5, maka angka ini ditiadakan dan angka pembulatan tetap
Contoh: 75,434 dibulatkan ke satu desimal menjadi 75,4
·         Aturan 2
Jika angka terakhir sebelum pembulatan > 5, maka angka ini ditiadakan dan angka pembulatan ditambah satu.
Contoh: 12,897 dibulatkan ke satu desimal menjadi 12,9
·         Aturan 3
Jika angka terakhir sebelum pembulatan sama dengan 5 maka angka ini ditiadakan dan angka pembulatan ditambah satu jika angkanya ganjil, jika angkanya genap maka tidak ditambah satu.
Contoh: 63,355 dibulatkan ke satu desimal menjadi 63,6
                 63,455 dibulatkan ke satu desimal menjadi 63,4
2)       Aturan penjumlahan
Pada operasi penjumlahan dan pengurangan, maka hasilnya hanya boleh mengandung satu angka taksiran (angka taksiran: angka terakhir dari suatu bilangan penting)
Contoh:
        273,219 g
          15,5    g
              8,4   g
          297,149 g
3)       Aturan perkalian
Hasil perkalian harus dibulatkan sehingga jumlah angka pentingnya sama dengan jumlah angka penting paling kecil diantara yang dikalikan
Contoh:
81,3224
  3,428
                 *
278,7731872
Karena jumlah angka penting terkecil dimiliki oleh 3,428 yaitu sebanyak empat angka penting. Jadi hasil perkaliannya dibulatkan menjadi 278,8.
§  Notasi ilmiah
Bentuk umum penulisan ilmiah adalah p x 10n. Bagian p yang nilainya memenuhi aturan  disebut mantisa. Jumlah angka penting mantisa disesuaikan dengan jumlah angka penting bilangan yang akan ditulis dalam notasi ilmiah. Bagian 10n disebut ordo, dengan n bilangan bulat.
Contoh:
Jelaskan cara penulisan bilangan berikut dalam notasi ilmiah.
a.        0,000067
b.        1,0997
c.        70.000.000
d.        40.000
Jawab:
a.        0,000067 = 6,7 x 10-5
b.        1,0997 = 1,0997
c.        70.000.000 = 7 x 107
d.        40.000 = 4 x 104

5.        Pengolahan Data
Percobaan Fisika yang dilakukan di SMA bertujuan:
1.        Memeriksa rumus dan hukum yang sudah terbukti kebenarannya, misal rumus period bandul sederhana
2.        Memproduksi ulang berbagai tetapan fisika, misalnya tetapan gas umum R pada rumus gas ideal 
Pada pengukuran kita mendapatkan data. Dari data tersebut kadang-kadang kita bermaksud mencari persamaan matematika yang menjelaskan hubungan antara data yang terukur dengan nilai yang diubah-ubah saat pengukuran. Berikut ini kita akan mencari hubungan antara besaran yang diubah-ubah dengan besaran yang terukur. Besaran yang diubah-ubah disebut juga variabel bebas, sedangkan besaran yang diukur sebagai hasil pengubahan variabel bebas disebut variabel terikat.

C.         Metode Pembelajaran
Model pembelajaran                                 :  Langsung (Direct Instruction)
Strategi                                                        :  Inkuiri
Pendekatan                                                                : Contextual Teaching Learning (CTL)
Metode                                                         : Percobaan, diskusi, tanya jawab

D.         Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Komponen CTL
Aktivitas Guru
Aktivitas siswa
Pendahuluan (10 menit)
Fase 1
1.       Guru mengaitkan pengetahuan awal siswa dengan materi pembelajaran hari ini dengan bertanya mengenai pengertian pengukuran.
·      Menyimak pertanyaan yang diberikan guru, Mengemukakan pengertian pengukuran.
Bertanya, konstruktivis


Fase 2
2.       Guru memberikan motivasi dengan meminta tiga orang siswa untuk mengukur panjang papan tulis dengan menggunakan ukuran depa dan jengkal masing-masing anak.
Dari motivasi ini diharapkan pertanyaan yang muncul dari siswa adalah mengapa hasil pengukuran panjang papan tulis berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya?
·      Menganalisis fenomena yang diberikan
·      Mengemukakan bahwa alat ukur yang digunakan tidak baku, yakni tangan dan jari masing-masing orang berbeda sehingga hasil pengukuran berbeda.
Pemodelan, bertanya, konstruktivis





3.         Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Menyimak
Konstruktivis
Kegiatan Inti (70 menit)
4.       Dengan dipandu LKS Pengukuran, guru memberi contoh cara menggunakan alat ukur serta cara penulisan hasil percobaan yang benar.
·      Mengamati contoh yang diberikan guru
Pemodelan


Fase 3
5.       Guru memberikan latihan terbimbing dengan meminta siswa mengerjakan kegiatan percobaan selanjutnya pada LKS.
·      Menganalisis fenomena yang diberikan
Bertanya, konstruktivis

Fase 4
6.       Guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik selama siswa mengerjakan LKS.
·     Mengerjakan LKS secara berkelompok.
·     Menggali informasi mengenai pengukuran dari buku referensi dan modul.
Konstruktivis,  masyarakat belajar, Inkuiri, bertanya










































Kegiatan Pembelajaran
Komponen CTL
Aktivitas Guru
Aktivitas siswa
Penutup (10 menit)
Fase 5
7.        Guru memberikan latihan lanjutan dengan meminta siswa mengerjakan latihan lanjutan pada LKS.

·     Mengerjakan LKS secara berkelompok.
·      Menggali informasi mengenai pengukuran dari buku referensi dan modul.
Konstruktivis,  masyarakat belajar, Inkuiri, bertanya
8.       Guru membimbing siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
Menyimpulkan hasil pembelajaran

Refleksi, konstruktivis,  masyarakat belajar, inkuiri, bertanya
9.       Guru memberi tugas siswa mengerjakan soal latihan dan membaca materi sub-pokok bahasan berikutnya
Mengerjakan evaluasi secara individu
Penilaian sebenarnya




E.         Alat/Bahan/Sumber Belajar
          Sumber:
·      Modul Fisika SMA kelas X semester 1
·      Buku Fisika Esis/Erlangga/Yudhistira
          Alat (untuk motivasi awal):

·      Papan tulis                            1 buah
·      Tas                                         1 buah
·      Daun                                      secukupnya
·      Batang pohon                      1 buah
·      Lidi                                         secukupnya

F.         Penilaian
A.       Teknik Penilaian:
·         Tes unjuk kerja
·         Tes tertulis
B.       Bentuk Instrumen
·         Uji petik kerja
·         Tes uraian
C.      Contoh Instrumen
·         Uji petik kerja
LKS
·         Tes Uraian
Terlampir

Sidoarjo, 19 Juli 2011

Kepala SMA Insan Cendekia Al Muslim                                                         Guru Fisika
                                Sidoarjo                                                                




Anna Sulisetiawati, S. Pd.                                                                    Uswatun Khasanah S. Pd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar